Hello balik lagi sama saya Artis Papan Atas yang sampe sekarang belum jadi artis. Udah lama banget ga nulis. Dan sekarang lagi galau, keinget lagi buat nulis. Maaf ya blog, kamu selalu ku nomor duakan. Mau cerita dikit. Mungkin bisa dibilang curhat kali ya. Blog ini dibuat memang sebagai tempat curhat whehe.
Pernahkah kalian merasa bingung, gatau harus ngapain. Yes, itu yang saya rasakan sekarang. Lulus kuliah ini banyak banget pikiran - pikiran yang menghantui. Jadi, saya sudah ujian skripsi pada bulan Agustus lalu dan sudah dinyakan yudisum tanggal 25 September. Kurang wisuda aja, ya anggap saja sudah lulus. Pikiran saya semenjak lulus sidang, dipenuhi dengan pertanyaan "udah lulus, aku mau ngapain ya." Pokoknya pertanyaan itu yang selalu muncul, entah lagi rebahan, makan, mandi, boker. Bah, selalu menghantui pikiran saya.
Saya mencari sebenarnya apa yang sedang saya alami. Dan ketemulah dengan "Quarter Life Crisis". Suatu keadaan yang dialami oleh seseorang usia 20-30 tahun-an, yang mempertanyakan tujuan hidupnya. Dan sepertinya memang benar, ini yang saya alami, Quarter Life Crisis atau QLC. Jadi saya tu bingung frenss, huhu. Menentukan pilihan yang akan saya ambil untuk hidup saya kedepan. Apa yang saya inginkan. Apa passion saya. Dan lain sebagainya.
Photo by Nick Fewings on Unsplash |
Terlebih lagi sudah berumur, sudah lulus kuliah, pasti tujuannya ke kerja dan menghasilkan uang. Iyak, itu si yang bikin stress. Masalahnya, yang jadi pertanyaan adalah saya kerja sebagai apa, yang sesuai dengan apa yang saya sukai, atau sesuai dengan passion yang saya miliki. Dan ini masih menjadi teka - teki dalam hidup saya. Ku merasa belum menemukan passion yang saya miliki atau mungkin ga punya passion (?). Trus saya mikir, sebenarnya saya kuliah 4 tahun ini ngapain aja. kenapa ga dipersiapkan dari dulu. Ya begini ni, kalau kuliah kebiasaan nitip presensi.
Sometimes, saya merasa pengen balik lagi aja ke zona nyaman. Pengen kuliah lagi. Mempersiapkan semuanya di awal, memperbaiki semuanya lagi. Dan kadang juga kepikiran begini, kenapa aku kuliah ya. Kayak wasting time aja gitu. Kenapa ga dari dulu melakukan apa yang saya sukai, mendalami itu, bekerja dibidang itu. Toh, UKT juga mahal. Udah mahal, trus buang waktu gitu lo. Ada juga kepikiran, kenapa sistem pendidikan kita itu seperti ini. Mayoritas kan kita dididik dulu sampe kuliah, baru cari kerja setelah lulus kuliah. Dimana usia lulus kuliah S1 rata - rata usia 20an. Seperti saya dan mayoritas teman - teman lulus di usia 22 tahun. Kan sudah termasuk "tua" ga si. Trus baru dituntut untuk mencari pekerjaan. Mikirku, kenapa ga dari dulu aja kita dididik untuk bekerja pada usia dibawah 20 tahun. Biar ga terlalu tua untuk memulai. Mikirku gitu si. Ya ini pikiran - pikiran negatif si. Yang seakan - akan menyalahkan keadaan. Padahal ya salah saya sendiri.
Apalagi saat pandemi ini, saya dirumah sudah sejak Maret, sudah 8 bulan. Stuck dirumah. Di zona nyaman. Dan lama - lama merasa menjadi beban buat keluarga. Orangtuaku gabilang begitu sebenarnya, ga menuntut ini itu. Tapi, ya saya sadar diri, ngerasa aja jadi beban Udah tua, anak pertama, sudah lulus kuliah. Ya pikiranku kerja dan cari duit gitu, yang setidaknya meringankan pengeluaran orang tua. Minimal untuk memenuhi kebutuhan sehari - hari saya sendiri. Syukur - syukur bisa memnuhi kebutuhan untuk adik - adik saya. Dan tiap kali buka media sosial, selalu melihat teman - teman saya yang beberapa sudah bekerja. Terlebih lagi kalo buka LinkedIn, jadi tahu si A, si B sudah bekerja disana, ditempat itu. Sementara saya masih belum bekerja, masih rebahan dirumah. Dan itu semakin membuat saya insecure. Maka dari itu, saya mengurangi membuka media sosial, agar tidak melihat story teman - teman, yang pada akhirnya membuat saya semakin insecure -,-.
Sekarang pun saya masih bingung. Mau ngelamar pekerjaan ini itu, tapi kok saya merasa ada yang kurang gitu dalam diri saya. Setelah sidang pada bulan Agustus lalu, udah banyak sebenarnya pekerjaan yang saya lamar, namun hanya coba - coba. Kayak gaada yang bener - bener sreg. Dan sempat sudah beberapa kali dapat undangan wawancara, dan gagal pada tahap itu. Walaupun sudah wawancara pun, saya sebenarya kurang sreg dengan pekerjaan itu, dan motivasiku melamar sebenarnya adalah uang. Dengan mengesampingkan apa yang saya sukai atau passion saya. Bodoamat lah, yang penting dapat pekerjaan dulu, dapat uang dulu. Mikirku gitu. Tapi gagal. Apa mbak, mas, bapak dan ibu HRD-nya tahu ya pas di wawancara, saya kurang niat -,-.
Lagi dan lagi ke passion. Mungkin saya akan tidak keberatan melakukan sesuatu kalo ini sesuai dengan passion saya. Mungkin. Dan lagi lagi saya masih mencari ini. Untuk mencari tahu apa passion yang saya miliki, saya ikut pelatihan ini itu. Namun, saat mendalami sesuatu, rasa malas dan bosan selalu menghampiri. Dan saya mikir, ini sebenarnya emang saya ga passion disini apa emang aku aja yang males. Duh, bingung. Karepmu piye si, Nes :(.
Sampe detik ini pun saya masih mencari. Mencari apa yang saya sukai, apa yang menjadi kelebihan saya, apa yang dibutuhkan oleh banyak orang. Sehingga nantinya bisa mengambil keputusan akan bekerja untuk apa, akan dibayar untuk apa. Sampe saya ikut pelatihan personal branding juga. Dan ini sedikit demi sedikit membuka mataku si, untuk melihat dari sisi yang lain. Dari yang awalnya saya hanya berfikir akan kekurangan yang saya miliki, sekarang mencoba untuk memikirkan kelebihan yang saya miliki. Mencoba untuk selalu berfikir positif, dan memikirkan kelebihan yang saya miliki. Semakin mikir, saya semakin "agak" kagum dengan diri saya. Saya bisa kok melakukan apa yang orang lain tidak bisa, saya bisa melakukan ini itu yang mereka tidak bisa. Pikiran - pikiran itu si yang membangitkanku lagi, cielah. Dan semoga mulai detik ini, perjalanan mencari passion ini berjalan dengan mulus. Duh, makin sedih dan bingung kalo terus - terusan mikir beginian, huhu.
Masih banyak uneg - uneg yang ingin saya tulis, tapi ya segini aja dulu. Kalian pernah ga mengalami hal ini dan apa yang kalian lakukan? Siapa tahu bisa jadi motivasi untuk saya hehe. Sekian, Agnes pamit!