Saturday, November 8, 2014

Penting Gak Penting

Kali ini saya akan bercerita mengenai sesuatu yang penting gak penting. Sebelumnya sudah saya beritahu, kalau ceritanya itu penting gak penting. Jadi, yang tidak mau melanjutkan baca silahkan. Dan yang mau baca sampai akhir silahkan. Tapi jangan salahkan saya bila nanti menyesal. Beneran mau baca ? Baiklah.

Test..test..
Saya akan cerita mengenai peristiwa kemarin. Atau tepatnya pada hari Jum'at. Bukan cerita soal fenomena kalimat "Thank's God It's Friday" atau disingkat #TGIF yang membanjiri sosial media tiap hari Jum'at akhir akhir ini. Bukan soal saya tidak mengerjakan PR. Bukan pula tentang UTS Fisika yang nilainya sangat mengenaskan. Bukan itu. Tapi ada cerita lain, yaitu...

Saat pulang sekolah, Nitia ke kelas saya. Dia mengatakan kalau mau cari bambu di rumah eyangnya. Dan berhubung rumah saya di desa, dan banyak bambu disekitar rumah, saya pun menawari untuk cari bambu dirumah saya saja. Dan dia menerima tawaran saya. Kita jalan ke kelas mia 6 untuk mengajak Ilham sama Bagas. Mereka pun juga menyetujui, tapi sebelumnya sholat Jum'at dulu.

Sebentar, kok bambu segala buat apa ? Jadi ceritanya begini, kita anak anak PRAMUKA akan dilantik menjadi Laksana. Rencana pelantikannya itu hari Sabtu (hari ini). Dan saat pelantikan ada barang barang yang harus dibawa, dan salah satunya adalah bambu runcing. Bambunya itu ada ukurannya. Tinggi 1.945 m, diameter 8 cm, panjang runcingnya 17 cm. Maka dari itu kita cari bambu.

Balik lagi ke cerita. Berhubung Ilham dan Bagas masih sholat Jum'at, saya dan Nitia berangkat duluan. Saat hampir sampai rumah, gak ada hujan gak ada angin tiba tiba motor saya mogok. Padahal rumah tinggal beberapa ratus meter, pakai acara mogok segala. Dan ketika Nitia mengetahui kalau motor saya mogok, dia malah tertawa. Mukanya merah, disertai tawa yang kesannya mengejek. O em ji ! Bukannya bantu malah diketawain. Tapi lucu juga sih, saya pun ikut tertawa. Huahahahahhaha.....

Dengan terpaksa, motor dipinggirkan di tepi jalan. Saya mencoba menyalakan mesin, tapi tidak bisa nyala. Saya lakukan itu berulang kali. Tapi hasilnya tetap gak bisa nyala. Seketika, saya teringat motor mogok karena kehabisan bensin beberapa bulan yang lalu. Yang saya tulis DISINI.

Tapi, kali ini masalahnya bukan karena bensin habis. Saya tidak tahu masalahnya apa. Sampai akhirnya ada orang baik hati menolong motor saya yang sedang koma. Dia pun bisa menyalakan motor saya. Hebat sekali dia. Setelah motor menyala, saya dengan cepat mengendarai motor itu, takut kalau nanti mogok lagi. Ternyata, saya lupa mengucapkan "terima kasih" kepada orang tadi. Ah, lupa lagi. Tapi untungnya Nitia sudah mengucapkan terima kasih.

Sampailah dirumah. Sambil menunggu Ilham dan Bagas datang, kita sholat dan makan. Setelah menunggu sekian lama, mereka belum juga datang. Akhirnya kita memutuskan untuk nonton film. Kita menunggu mereka sangat lama sekali. Bahkan film yang kami tonton sudah berjalan setengah. Kemana saja mereka. Seteleh berpuluh - puluh menit menunggu, mereka datang juga. Ternyata yang datang tidak hanya Ilham sama Bagas. Ada tambahan lagi, yaitu Arif sama Yusfin. Nah, setelah semuanya lengkap, pencarian bambu pun dimulai. Jeng..jeng..jeng.....

Kita langsung menuju ke TPK. Eh, TKP maksudnya. Saya menyiapkan gergaji sama parang untuk me-mutasi si bambu. Ternyata, memotong bambu tidak semudah yang dibayangkan. Ada kendala kendala yang dihadapi. Kalau saya sama Nitia tidak kerja apa - apa. Paling paling cuma mem-foto mereka. Kita kaum hawa bagian dokumentasi saja, haha.

Dengan semangat yang mereka miliki, akhirnya bambu yang tinggi itu bisa ditakhlukkan. Sipp, 4 jempol buat kalian. Seragam mereka basah karena keringat. Kebetulan mereka memang masih memakai seragam sekolah. Mama saya pun membuatkan es buat mereka.

Mereka memotong bambu sesuai ukuran yang sudah ditentukan. Tinggi 1.945 m. Tapi, sama anak anak dibuat 2 meter biar enak ngitungnya. Agar tidak bosan, mereka sering nyanyi bareng bareng. Bisa disebut sebagai grup paduan suara. Atau bisa juga disebut "BOYBAND TERSELUBUNG". Dan sering kali mereka berjoget ala laki laki pada umumnya. Dan barangsiapa yang melihat, pasti akan geli. Nitia pun mengatakan,

"Ya ampun Nes, kita ternyata punya teman seperti itu", disertai tawa.
"Huahahahaha", saya pun membalas dengan tawa juga.

Sudah semakin sore, mereka belum selesai juga. Dan saya melihat, mereka sudah capek sekali. Lalu saya menawari mereka, bagaimana kalau minta bantuan orang lain. Mereka pun menyetujui. Saya minta bantuan ke Mas Matori. Nah, dengan begitu kerja mereka tidak terlalu berat. Dan mereka masih tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai boyband terselubung.

Berhubung diantara mereka belum ada yang makan siang, saya sama Nitia pergi membelikan makanan untuk mereka, yaitu mi ayam yang ada di desa saya. Letaknya mungkin sekitar 1 km lebih dari rumah saya. Seperti biasa, jalanan di desa saya itu rusak parah. Dan dalam perjalanan saya bicara kepada Nitia,

"Nit, desa yang seperti ini akan bangga mempunyai saya. Bayangkan, seorang artis papan atas lahir dari desa ini. Kelak desa ini akan terkenal, yo po ra ?", saya ngomong seperti itu seperti mengigau, haha.
"Iya, amiin", Nitia pun menjawab seperti itu dan mungkin sedikit terpaksa, haha.

Ketika hampir sampai di warung mi ayam, kita sudah diguyur hujan. Saya pun ngebut agar cepat sampai tujuan. Sampailah di warung mi ayam Pak Tomo. Kita memesan mi ayam. Setelah itu kita menunggu pesanan dan menunggu hujan reda. Hujannya disertai angin. Dan kita bingung bagaimana cara pulang. Karena tidak bawa mantel ataupun payung.

Dengan terpaksa kita menunggu hujan sampai reda. Saya pun berdoa agar hujan bisa reda, untuk sementara. Dan berharap do'a saya dikabulkan. Setelah menunggu dan menunggu, hujan pun reda. Err...sebenarnya masih gerimis sih. Tapi gak papa. Kita nekat pulang. Saya pun mengendarai motor dengan kecepatan lumayan  tinggi. Saya abaikan jalanan yang rusak. Yang penting cepat sampai rumah untuk menghindari hujan susulan. Tapi, kasihan motor saya. 

Pokoknya saya memfokuskan untuk menyetir motor sambil ngebut. Walaupun ada genangan air, langsung saya terobos. Saat ada genangan air, saya memberi aba  aba untuk mengangkat kaki. Sumpah itu keren. Sensasinya itu loh. Naik motor ngebut, hujan, kaki diangkat - angkat, sambil teriak - teriak.Mungkin kalau ada sutradara yang melihat, pasti saya akan dijadikan pemain film yang berperan sebagai tukang ojek, huahah.

Akhirnya, kita sampai di rumah dengan selamat. Dan mereka sudah berada di dalam rumah. Makan dimulai.. Setelah selesai makan, bapak saya pulang kerja dan membawakan martabak sama molen. Perut mereka ternyata masih kuat menerima martabak itu. Satu porsi martabak habis oleh mereka. Apalagi si Yusfin, makannya sangat banyak sekali. Benar benar perut karet, hahah. Kalo ada lomba makan terbanyak, pasti dia juaranya.

Setelah itu, mereka memutuskan untuk pulang. Sebenarnya masih gerimis. Tapi, mau gimana lagi, mereka harus pulang karena sudah maghrib. Mereka bersiap - siap pulang. Dan ketika mereka mengambil motor di garasi, ada adegan yang super membuat tertawa. Si Ilham berulah. Dia menekuk celananya sampai ke atas memamerkan pahanya yang cungkring. Astaghfirulloh... Dan dilihat sekilas, seperti tidak memakai celana. Padahal dia pakai celana. Itu sangat amat lucu sekali. Sebenarnya ada fotonya, tapi saya tidak akan menyebarluaskan, karena itu melanggar norma, hahaha.

Mereka pun pulang ke rumah masing  masing (yaiyalah). Tapi, berhubung sudah malam, bambunya ditinggal dulu di rumah saya. 
 
Tidak lama kemudian, ada pesan masuk di handphone. Dan inti dari pesan itu adalah pelantikan laksana tidak jadi hari Sabtu tapi diundur Kamis depan. O em ji ! Tapi gak papa, ada hikmah yang dapat dipetik. Mereka pulang dengan perut yang kenyang, haha

Inilah beberapa fotonya :









hanya akting belaka :v


Baiklah, sekian dan terimakasih :))