Thursday, October 23, 2014

Ilmu atau nilai ?

Tepat kemarin hari Rabu tanggal 22 Oktober tahun 2014, Ujian Tengah Semester (UTS) dinyatakan selesai. tok..tok..tok (ketuk palu 3 kali).
Akhirnya bisa juga melewati hari hari keramat itu. Hari yang sangat dibenci oleh sebagian pelajar, terutama saya haha. Tapi sekarang sudah bebas dan mari kita ucapkan hamdalah bersama sama :v. Alhamdulillahirobbil'alamin.....

Seperti biasa, banyak sekali halangan dan rintangan saat mengerjakan UTS. Misalnya hujan, angin tornado, halilintar, banjir. Eh, bukan itu. Maksudnya saya kesulitan mengerjakan. Ya, itulah saya. Banyak sekali soal yang tidak bisa saya kerjakan. Kurang belajar memang. Karena saya adalah murid yang tidak suka belajar, haha. 

Saya kerjakan soal sesuai keadaan otak ini. Walaupun harus mengeluarkan jurus andalan yang biasa saya gunakan saat ujian. Jurus apakah itu ? "Jurus Pengawuran". Ya, benar. Kalau sudah tidak bisa mau gimana lagi, terpaksa Jurus Pengawuran itu saya gunakan. Untuk hasilnya nanti, saya serahkan pada Yang Maha Kuasa. Berapapun nilainya, saya akan mencoba menerima dengan hati yang ikhlas. Nilai jelek ? Ah, bukan masalah !

Ngomong - ngomong soal nilai, guru saya Bu Maria seorang guru mata pelajaran Kimia pernah mengatakan,

"Sekolah itu yang dicari ilmu, bukan nilai. Jadi, nilai jelek tidak masalah. Nilai bisa diatur", katanya.

Hal ini beliau katakan saat remidial ulangan harian kimia. Karena saat itu nilainya rata rata jelek. Apalagi nilai saya. Mungkin setiap orang yang melihat nilai saya, akan mengalami kejang - kejang dengan mulut mengeluarkan busa, lalu pingsan seketika, huahaha. Pokoknya nilai saya amat sangat jelek yang mendalam. Yang tidak kuat bisa lambaikan tangan.

Oke, balik lagi ke topik. Benar juga pernyataan Bu Maria itu. Sebenarnya kita sekolah ini menuntut ilmu atau menuntut nilai ? Sebenarnya yang kita cari selama ini ilmu atau nilai ? Yang kita cari adalah ilmu. Ya, ilmu yang seharusnya bisa kita terapkan dalam kehidupan.  Kalau masalah nilai bisa diatur. Mau nilai bagus ? Gampang, tinggal nyontek teman yang pintar. Bisa juga bawa buku buat nyontek. Atau bisa nyogok bapak ibu guru biar diberi nilai bagus. Gampang kan ? Itu hal yang bisa dilakukan kalau niat sekolah untuk cari nilai. Tapi bukan itu yang kita cari.

Ilmu yang kita dapat tidak bisa diukur dengan nilai yang kita peroleh menurut saya. Nilai bukanlah ukuran valid dalam mengukur kemampuan seseorang. Benar ? Karena ada juga anak yang bisa dibilang "memiliki kemampuan lebih" dibanding yang lain, malah mendapat nilai ujian lebih jelek daripada anak yang memiliki kemampuan dibawahnya.

Memang, ilmu tidak bisa diukur hanya dengan dua atau tiga digit angka di lembaran kertas. Hanya diri kita sendiri yang bisa mengukurnya.

Orang yang lebih mementingkan nilai atau terlalu ambisius terhadap nilai, biasanya akan melakukan segala cara agar nilainya bagus. Sampai cara yang dilarang pun juga dilakukan, misalnya mencontek, dan lain sebagainya.

Contohnya adalah saya. Ehm..ehm.. Dulu ketika SMP, saya bisa dibilang terlalu berambisi untuk mendapatkan nilai bagus. Dan pada kelas 8 SMP, saya melakukan hal yang dilarang. Saya sering membawa "barang terlarang". Yaitu buku buat nyontek, handphone buat browsing dan juga untuk sms jawaban, yang terakhir adalah kalkulator. Dasar ! Gara - gara keseringan bawa "barang terlarang" itu, saya semakin malas belajar.

Hal seperti itu dimulai di kelas 8. Mungkin waktu itu terpengaruh juga dengan lingkungan. Kalau kelas 7 SMP saya tidak pernah seperti itu, apalagi SD. Gak bakal berani. Memang kelas 8 adalah jaman SMP paling nakal, huaha.

Hal yang saya lakukan itu memang salah. Sangat melanggar aturan. Dan saya mengakui kesalahan itu. Tapi, setelah itu saya belajar dari kesalahan. Mulai SMA, awal kelas X sampai sekarang saya tidak lagi melakukan seperti itu. Oke, ceritanya sudah taubat :D. Tapi masih sering nyontek teman. Tenang, tidak banyak kok. Mungkin minimal 10 soal. Iya, minimal haha.

Balik lagi. Terlalu ambisius dengan nilai itu tidak baik. Jadi, yang dibutuhkan itu nilai apa ilmu ? Kalau ilmu, berarti nilai tidak dibutuhkan ? Apa mungkin dua - duanya dibutuhkan ? Errr....

Yang pasti kita rubah dulu niat kita dalam sekolah. Kita niatnya untuk mencari ilmu. Jika ilmu itu sudah kita kuasai, nilai akan menyusul. Jangan teralu berambisi untuk mendapatkan nilai yang tinggi. Iya kalau nilai yang tinggi itu dapat kita pertanggungjawabkan. Maksudnya, apakah nilai yang tinggi itu sudah benar benar sesuai dengan ilmu yang kita peroleh. Atau sudahkah sesuai dengan kemampuan kita ?. Banyak kok yang mendapat nilai tinggi tapi hasil nyontek dan lain sebagainya. 

Memang banyak keuntungan jika kita mendapat nilai tinggi. Misal, dipuji orang tua, dipuji bapak ibu guru, dipuji oleh teman, dibanggakan sekolah, dan masih banyak lagi. Tapi apakah pujian pujian itu yang kita butuhkan ? Tidak. Ilmu lah yang kita butuhkan untuk masa depan. Bukan pujian yang sifatnya hanya sementara.

Untuk apa nilai itu ? Apa bisa dijual ? Atau diwariskan ke anak cucu ? Ah, tidak mungkin. Berbeda dengan ilmu. Ilmu bisa kita amalkan ke orang lain. Bisa kita wariskan dari generasi ke generasi.

Nilai jelek bukan masalah. Karena itu akan memotivasi kita untuk lebih giat dalam menuntu ilmu. Yang terpenting adalah seberapa ilmu yang bisa kita serap. Bukan tingginya nilai yang kita peroleh. 

Jadi, pilih yang mana? Ilmu atau nilai ? Silahkan dipilih. 

Saya Agnes Pratiwi Puspanagari, pamit !!

14 comments:

  1. "Ilmu dan Nilai" ini sama halnya seperti "Lihai dan Cekatan". Modal dasarnya memang yang kita butuhkan itu ilmu. Karena tanpa ilmu ya apa yang mau dinilai? Ya kan?

    Tapi seperti halnya "Lihai dan Cekatan", setelah ilmu kita kuasai, langkah selanjutnya adalah "cekatan" dalam menerapkan ilmu itu. Itu yang nantinya akan menjadi bahan penilaian. Sama seperti saat dirimu mengejarkan soal UTS dalam waktu yang terbatas dan soal yang kamu tidak ketahui sebelumnya. :)

    ReplyDelete
  2. dua sisi yang saling beerkaitan itu nilai dan ilmu..

    ReplyDelete
  3. kalo menurut saya, berapapun nilai yang kita dapat harus bisa di pertanggung jawabkan :)

    ReplyDelete
  4. Gue anak ipa dapet nilai kimia 15 nyantai aja. Karena gue belajar buat hidup. Bukan buat nilai. Apa nilai ngasih gue makan? Nggak.
    Pandangan kita sama... Salam kenal.

    ReplyDelete
    Replies
    1. yapp. nilai jelek jangan dijadikan masalah,
      salam kenal juga.

      Delete
  5. Iya sih, yang penting itu ilmu. dan awalnya sistem nilai diberlakukan agar sang pengajar tau sedalam apa ilmu yg tersalurkan ke anak didik. jadi, dgn melihat nilai yg didapat, pengajar tersebut bisa melakukan tindak lanjutan kepada si anak agar mendapatkan ilmu yg sama seperti teman lainnya. masalahnya, sekarang nilai malah jadi ajang pamer. bukan ajang pemantauan lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya bener banget. sekarang nilai benar benar jadi ajang pamer

      Delete
  6. Mungkin bisa dijadikan rumusan masalah baru dek,
    "Untuk apa ilmu itu?"

    ReplyDelete